Makalah tentang
Motivasi Belajar Mahasiswa Semester Awal
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Teknik Penulisan Karya Ilmiah :
Dosen Pengampu :
Dra. Sinta Saraswati, M,Pd .Kons
Ananda
1301417009
Rombel 3
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkatkan kehadirat Allah S.W.T berkat rahmatnya saya di beri kesehatan dan fasilitas dalam menuntaskan makalah ini. Tanpa rahmat Allah mungkin saya tidak sanggup menuntaskan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun semoga pembaca sanggup mengetahui seberapa besar motivasi berguru mahasiswa semester awal yang disajikan dari aneka macam sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan aneka macam rintangan. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah S.W.T akibatnya makalah ini sanggup terselesaikan.
Makalah ini memuat perihal “Motivasi Belajar Mahasiswa Semester Awal ” dan sengaja dipilih sebab menarik perhatian penulis.
Semoga makalah ini sanggup menunjukkan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Menjadi mahasiswa sangat diidamkan oleh sebagian anak muda. Terbukti, pendaftar sekolah tinggi tinggi (PT), baik negeri maupun swasta, dari tahun ke tahun selalu meningkat. Mahasiswa ditempatkan pada strata tinggi di masyarakat. Mereka diberi predikat biro perubahan, sosok idealis, cerdas, pandai, sukses, dan dikenal sebagai aktivis reformasi. Barangkali itulah yang membuat kaum muda menjadi mahasiswa.
Namun ada hal lain yang perlu diperhatikan calon mahasiswa. Itulah pergaulan dan gaya hidup. Gaya hidup mahasiswa berbeda dari siswa. Siswa masih sepenuhnya dibimbing guru di sekolah. Adapun mahasiswa dianggap sebagai orang sampaumur yang dibebaskan.
Jangan lupa, mahasiswa wajib menjaga nilai-nilai luhur di masyarakat. Jangan malah merusak tatanan moral. Coba perhatikan pergaulan metropolitan ala mahasiswa ketika ini. Tata krama dan sopan santun dilupakan. Dengan alasan semoga diterima dalam komunitas, mahasiswa terbawa arus pergaulan bebas. Sikap labil dan mencari jati diri membuat mereka gampang terprovokasi. Karena itu, sebagai orang dewasa, kita harus bisa membedakan yang baik dan jelek serta tetap menjadi diri sendiri.
Aktivitas mahasiswa yang hanya kos, kampus, dan kantin menambah besar peluang untuk dunia gemerlap (dugem) — pergaulan yang tak bermanfaat. Mahasiswa tipe itu mempunyai banyak waktu luang untuk hura-hura yang tak jelas.a
Sebaiknya salurkan kreativitas untuk acara yang terang dan bermanfaat. Bergabunglah dengan unit acara mahasiswa (UKM) yang sesuai dengan minat dan talenta sehingga jadi solusi untuk menyalurkan waktu, tenaga, dan pikiran ke hal konkret dan jelas.
Namun ada hal lain yang perlu diperhatikan calon mahasiswa. Itulah pergaulan dan gaya hidup. Gaya hidup mahasiswa berbeda dari siswa. Siswa masih sepenuhnya dibimbing guru di sekolah. Adapun mahasiswa dianggap sebagai orang sampaumur yang dibebaskan.
Jangan lupa, mahasiswa wajib menjaga nilai-nilai luhur di masyarakat. Jangan malah merusak tatanan moral. Coba perhatikan pergaulan metropolitan ala mahasiswa ketika ini. Tata krama dan sopan santun dilupakan. Dengan alasan semoga diterima dalam komunitas, mahasiswa terbawa arus pergaulan bebas. Sikap labil dan mencari jati diri membuat mereka gampang terprovokasi. Karena itu, sebagai orang dewasa, kita harus bisa membedakan yang baik dan jelek serta tetap menjadi diri sendiri.
Aktivitas mahasiswa yang hanya kos, kampus, dan kantin menambah besar peluang untuk dunia gemerlap (dugem) — pergaulan yang tak bermanfaat. Mahasiswa tipe itu mempunyai banyak waktu luang untuk hura-hura yang tak jelas.a
Sebaiknya salurkan kreativitas untuk acara yang terang dan bermanfaat. Bergabunglah dengan unit acara mahasiswa (UKM) yang sesuai dengan minat dan talenta sehingga jadi solusi untuk menyalurkan waktu, tenaga, dan pikiran ke hal konkret dan jelas.
Judul makalah ini sengaja dipilih sebab menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu menerima tunjangan dari semua pihak yang peduli terhadap masa depan mahasiswa Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan judul makalah ini “Motivasi Belajar Mahasiswa Semester Awal”, terkait dengan maslah-maslah mahasiswa untuk mengikuti keadaan pada semester awal.
Berkaitan dengan judul, maka masalahnya sanggup diidentifikasi sebagai berikut :
1. Bagaimana kiprah mahasiswa dalam proses pembelajaran menyikapi cara berguru yang di tuntut untuk kreatif dan kritis?
2. Bagaimana cara semoga mahasiswa tidak terjerumus hal-hal yang negatif di lingkungan kos dan kampus ?
Berdasarkan judul dan tema makalah, sanggup di ambil suatu permasalahan yang di hadapi yakni seberapa pentingnya kemandirian dalam memberi mengikuti keadaan dengan suasana yang gres dan di tuntut sanggup bangun diatas kaki sendiri semoga tidak terbawa pergaulan bebas.
C. TUJUAN PENULISAN
Penelitian ini dilakukan untuk sanggup memenuhi tujuan-tujuan yang bermanfaat bagi semua orang. Tujuan secara rinci dari penulisan makalah ini yakni :
1. Mengetahui sebatas mana mahasiswa sanggup mampu bangun diatas kaki sendiri di luar kota.
2. Pengaruh mahasiswa di dalam lingkungan masyarakat sekitar.
3. Mahasiswa sanggup berfikir kritis sebagai prantara masyarakat (again of changes group).
PEMBAHASAN
A. Perilaku Belajar Mahasiswa di Indonesia
Belajar merupakan hak setiap orang, akan tetapi acara berguru di suatu sekolah tinggi tinggi merupakan suatu hak istimewa sebab hanya orang yang memenuhi syarat saja yang berhak berguru di lembaga pendidikan tinggi tersebut.
Dengan akreditasi tersebut, impian yakni bahwa seorang yang telah mengalami proses berguru secara formal akan mempunyai wawasan, pengetahuan, keterampilan, kepribadian dan sikap tertentu sesuai dengan apa yang ingin dituju oleh lembaga pendidikan. Perilaku berguru bagi mahasiswa Indonesia menganggap kuliah merupakan sumber pengatahuan utama, bahkan satu-satunya, sehingga catatan kuliah merupakan jimat yang ampuh dan dosen merupakan tuhan pengetahuan.
Lingkungan berguru menyerupai ini menempatkan dosen menjadi menyerupai tukang sulap yang kelihatan pandai tetapi hanya sebab mengetahui muslihat-muslihat (tricks) yang sengaja disembunyikannya dan kemudian menjual pengetahuan tersebut melalui perkuliahan.
Kebanyakan mahasiswa di Indonesia memperoleh pengetahuan bertahap menyerupai membeli masakan ringan bagus dari sebuah warung. Kekeliruan persepsi ini bukan semata-mata kesalahan mahasiswa, persepsi tersebut sanggup timbul justru dari sikap dosen yang secara tidak sadar telah membuat kondisi demikian.
Akibatnya, mahasiswa kebanyakan mempunyai sikap untuk hanya datang, duduk,dengar dan catat [D3C]. Catatan kuliah dianggap sumber pengetahuan dan bahkan kalau perlu mahasiswa tidak usah tiba ke kuliah tetapi cukup dengan mengkopi.
Karena pendekatan pengendalian proses belajar-mengajar di kelas yang kurang mendukung, banyak mahasiswa yang merasa nyaman menjadi "mesin dengar kopi". Kalau tujuan individual akan dicapai secara efektif, kuliah harus dilakasnakan secara konsekuen.
Dengan akreditasi tersebut, impian yakni bahwa seorang yang telah mengalami proses berguru secara formal akan mempunyai wawasan, pengetahuan, keterampilan, kepribadian dan sikap tertentu sesuai dengan apa yang ingin dituju oleh lembaga pendidikan. Perilaku berguru bagi mahasiswa Indonesia menganggap kuliah merupakan sumber pengatahuan utama, bahkan satu-satunya, sehingga catatan kuliah merupakan jimat yang ampuh dan dosen merupakan tuhan pengetahuan.
Lingkungan berguru menyerupai ini menempatkan dosen menjadi menyerupai tukang sulap yang kelihatan pandai tetapi hanya sebab mengetahui muslihat-muslihat (tricks) yang sengaja disembunyikannya dan kemudian menjual pengetahuan tersebut melalui perkuliahan.
Kebanyakan mahasiswa di Indonesia memperoleh pengetahuan bertahap menyerupai membeli masakan ringan bagus dari sebuah warung. Kekeliruan persepsi ini bukan semata-mata kesalahan mahasiswa, persepsi tersebut sanggup timbul justru dari sikap dosen yang secara tidak sadar telah membuat kondisi demikian.
Akibatnya, mahasiswa kebanyakan mempunyai sikap untuk hanya datang, duduk,dengar dan catat [D3C]. Catatan kuliah dianggap sumber pengetahuan dan bahkan kalau perlu mahasiswa tidak usah tiba ke kuliah tetapi cukup dengan mengkopi.
Karena pendekatan pengendalian proses belajar-mengajar di kelas yang kurang mendukung, banyak mahasiswa yang merasa nyaman menjadi "mesin dengar kopi". Kalau tujuan individual akan dicapai secara efektif, kuliah harus dilakasnakan secara konsekuen.
B. Faktor Bertemu Dosen dengan Mahasiswa
Mahasiswa dan dosen mempunyai kedudukan yang sama dalam saluran terhadap pengetahuan. Dengan konsep ini, pengetahuan merupakan barang bebas, walaupun dibutuhkan biaya untuk memperolehnya. Dosen berbeda dengan mahasiswa sebab wawasan dan pengalaman-pengalaman berharga yang dimiliki pada pengetahuannya.
Wawasan dan pengalaman dosen diperoleh sebab mereka telah mengalami proses berguru serta pergaulannya dengan para praktisi atau sebab riset serta penelitian yang dilaksanakan. Dengan demikian, kuliah harus diartikan sebagai lembaga untuk mengkonfirmasikan pemahaman mahasiswa terhadap pengetahuan yang bebas tersebut.
Fakta yang tidak sanggup dihindari yakni bahwa waktu kuliah (tatap muka) yakni sangat pendek dan terbatas. Di pihak lain, cukupan materi kedalaman pemahaman tidak sanggup diberikan secara seketika dalam waktu pendek tersebut.
Masalahnya adalah, apakah yang harus dikerjakan dalam waktu yang sangat pendek dan terbatas tersebut ? Kalau kuliah diisi dengan acara yang sesungguhnya mahasiswa sanggup melakukannya sendiri di luar jam temu kelas.
Maka kelas tersebut sama sekali tidak mempunyai nilai tambah. Tidak terjadi proses berguru yang sesungguhnya, yang terjadi yakni pengalihan catatan dosen ke catatan kuliah mahasiswa melalui proses "mesin dengar kopi", sebuah proses yang bahkan jauh lebih primitif dibandingkan dengan fotokopi.
Keefektifan temu kelas dalam menunjang proses berguru sangat bergantung pada pemahaman konsepsi dosen dan mahasiswa terhadap arti temu kelas. Kesenjangan pengertian sanggup menjadikan putus asa di kedua belah pihak.
Mahasiswa dan dosen mempunyai kedudukan yang sama dalam saluran terhadap pengetahuan. Dengan konsep ini, pengetahuan merupakan barang bebas, walaupun dibutuhkan biaya untuk memperolehnya. Dosen berbeda dengan mahasiswa sebab wawasan dan pengalaman-pengalaman berharga yang dimiliki pada pengetahuannya.
Wawasan dan pengalaman dosen diperoleh sebab mereka telah mengalami proses berguru serta pergaulannya dengan para praktisi atau sebab riset serta penelitian yang dilaksanakan. Dengan demikian, kuliah harus diartikan sebagai lembaga untuk mengkonfirmasikan pemahaman mahasiswa terhadap pengetahuan yang bebas tersebut.
Fakta yang tidak sanggup dihindari yakni bahwa waktu kuliah (tatap muka) yakni sangat pendek dan terbatas. Di pihak lain, cukupan materi kedalaman pemahaman tidak sanggup diberikan secara seketika dalam waktu pendek tersebut.
Masalahnya adalah, apakah yang harus dikerjakan dalam waktu yang sangat pendek dan terbatas tersebut ? Kalau kuliah diisi dengan acara yang sesungguhnya mahasiswa sanggup melakukannya sendiri di luar jam temu kelas.
Maka kelas tersebut sama sekali tidak mempunyai nilai tambah. Tidak terjadi proses berguru yang sesungguhnya, yang terjadi yakni pengalihan catatan dosen ke catatan kuliah mahasiswa melalui proses "mesin dengar kopi", sebuah proses yang bahkan jauh lebih primitif dibandingkan dengan fotokopi.
Keefektifan temu kelas dalam menunjang proses berguru sangat bergantung pada pemahaman konsepsi dosen dan mahasiswa terhadap arti temu kelas. Kesenjangan pengertian sanggup menjadikan putus asa di kedua belah pihak.
C. Faktor Sarana dan Prasarana Mahasiswa
Faktor lain terbatasnya sarana dan prasarana (buku, artikel, komputer) yang tersedia untuk bisa saluran dalam pemberdayaan dan pengembangan diri. Situasi ini membuat kita berada pada disadvantaged position.
Sudah saatnya kini kita gotong royong mengartikan proses berguru merupakan acara untuk memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap materi pengetahuan sebagai hasil acara berguru mendiri. Agar image dosen tukang sulap, mahasiswa yang telah terlanjur menjadi "mesin dengar kopi" sanggup ditingkatkan menjadi proses berguru mandiri, komunikatif, dinamis dan inovatif.
Faktor lain terbatasnya sarana dan prasarana (buku, artikel, komputer) yang tersedia untuk bisa saluran dalam pemberdayaan dan pengembangan diri. Situasi ini membuat kita berada pada disadvantaged position.
Sudah saatnya kini kita gotong royong mengartikan proses berguru merupakan acara untuk memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap materi pengetahuan sebagai hasil acara berguru mendiri. Agar image dosen tukang sulap, mahasiswa yang telah terlanjur menjadi "mesin dengar kopi" sanggup ditingkatkan menjadi proses berguru mandiri, komunikatif, dinamis dan inovatif.
D. Penyeab Kemalasan Mahasiswa
- Tempat bermain game online
- Komputer tidak hanya di gunakan untuk mengerjakan kiprah tetapi juga jejaring sosial menyerupai facebook, twitter sampai lupa waktu.
- Godaan kondisi lingkungan di kota besar yang ramai.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan “Motivasi Belajar Mahasiswa Semester Awal” sanggup disimpulkan bahwa :
Peranan orang renta di rumah dan kondisi lingkungan di sekitar kos sangat mensugesti proses berguru anak dan di kampus konsultasi dengan dosen yang perlu di lakukan. Namun kesadaran mahasiswa itu sendiri untuk sanggup mengikuti keadaan dan mencari daerah yang sesuai dengan cara berguru anak tersebut. Walaupun masih banyak mahasiswa semester awal yang belum bisa mengikuti keadaan dengan daerah kos dan cara pembelajaran di kampus yang berbeda jauh dengan kondisi ketika di rumah dan di Sekolah Menengan Atas dulu. Kaprikornus tidak semua mahasiswa sanggup mengikuti keadaan dengan daerah barunya, tetapi ada juga mahasiswa yang bisa menyesuaikan dirinya dengan baik.
B. SARAN
Bertolak dari peranan orang tua, dosen, dan lingkungan sekitar kos yang begitu banyak sumbangsihnya dalam pelaksanaan perkuliahan di kampus sebab dirinya sudah menjadi mahasiswa, penyusun menunjukkan saran sebagai berikut:
- Sebaiknya orang renta perlu mengawasi anaknya walaupun dengan Hp, dan e-mail semoga sanggup berguru dengan baik.
- Dosen harus membimbing mahasiswanya semoga tidak jenuh dalam perkuliahan.
- Mahasiswa itu sendiri perlu mengikuti keadaan dengan lingkungannya yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
Sura Merdeka Pergaulan-Metropolitan-ala-Mahasiswa.htm
SUARA WARGA - Perilaku Belajar Mahasiswa di Indonesia.htm
0 komentar